Breaking News

Aparat Harus Tindak Tegas Para Provokator di Jatim yang Melebar ke Manokwari



Api kerusuhan telah berkobar di Manokwari, Papua. Peristiwa mencekam itu berawal dari insiden di Surabaya beberapa waktu lalu. Isu mengenai perusakan bendera Merah Putih yang dipasang di asrama Papua menjadi permulaan.
Sebelum polisi melakukan penangkapan, massa menggunakan atribut ormas Front Pembela Islam (FPI) lebih dulu melakukan pengepungan asrama.
Pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya bermula dari beredarnya foto bendera merah putih yang rusak di depan asrama tersebut. Foto ini viral di sejumlah grup WhatsApp. Perwakilan FPI mengatakan bendera tersebut dipatahkan dan dibuang ke selokan.
Padahal pengerusakan bendera itu tidak benar. Tapi opini yang digiring di luar sana itu menyebut mahasiswa Papua merusak bendera Merah Putih.
Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian mengatakan, setelah peristiwa di Malang dan Surabaya itu bisa dilokalisasi, kemudian muncul kabar bohong yang membuat keruh suasana. Massa di Manokwari, Papua Barat, mengamuk dan melakukan pembakaran di kompleks kantor gubernur.
Tito mengatakan aksi massa itu dipicu hoax adanya korban meninggal akibat insiden di Surabaya tersebut.
“Tapi muncul mengenai kata-kata kurang etis, ada juga hoax gambar seolah-olah gambar adik kita meninggal ini berkembang ada yang mengembangkan,” jelas dia menambahkan.
Kemudian kat Tito berkembang di Manokwari dan Jayapura terjadi mobilisasi massa. Banyak kerusakan yang terjadi di sana karena massa termakan isu tidak benar dan marah sehingga melakukan aksi rusuh dan melakukan perusakan.
“Jadi saya meminta saudara-saudara kita di Papua, jangan terpancing berita tidak benar,” ungkap Tito.
FPI jelas harus ikut bertanggung jawab karena lebih mengutamakan emosi ketimbang menyerahkan pada aparat untuk mengatasi persoalan.
Mereka tidak malu mengaku bela NKRI tapi tindakannya tidak dapat dibenarkan dengan melangkahi aparat dalam bertindak.
Untuk itu aparat diminta bersikap tegas terhadap oknum-oknum FPI agar segera diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Sebab insiden Surabaya dan Malang adalah upaya untuk membuat keributan dan perpecahan bermotif rasis pasca tak mempannya politisasi agama.


No comments:

Powered by Blogger.