Breaking News

Sebut Tampang Boyolali dan Minta Maaf, Politikus Nilai Gaya Bicara Prabowo Buruk


JAKARTA – Ketua DPP Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir menilai, permintaan maaf Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto atas ucapannya soal tampang Boyolali, tidak tulus. Mantan Danjen Kopassus itu mengaku tidak bermaksud negatif dengan ucapannya beberapa waktu lalu tersebut.
Menurut Inas, ucapan itu tidak berasal dari hati nurani. Tetapi berdasarkan kepentingan politis.
“Minta maafnya Prabowo bukanlah minta maaf yang meluncur dari nuraninya, melainkan minta maaf politis, karena permintaan maaf tersebut dilakukan setelah mengkalkulasi dulu untung ruginya,” kata Inas, Rabu (7/11).
Menurut Inas, ini bukan kali pertama Mantan Danjen Kopassus itu mencaci maki atau melecehkan orang lain. Dia menilai sikap seperti itu sudah menjadi kebiasaan Prabowo.
“Kalau kita mencermati pernyataan-pernyataannya yang bernada caci maki dan pelecehan yang berulang kali terjadi, maka hal tersebut sudah menjadi habitnya Prabowo,” ungkapnya.
Anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf ini membeberkan deret ucapan Prabowo yang kontoversial. Di antaranya, di Gedung Intan Balarea, Jalan Patriot, Gaurt, Jumat, 25 Oktober 2013, ‘Kalau hakim agung-hakim Mahkamah Konstitusi bisa disogok, apalagi wartawan. Sama saja’, tahun 2014 di acara PKS ‘bangsa Indonesia kadang-kadang naif, lugu dan Goblok’, lalu pada wartawan ‘gaji kalian kecil, muka kalian gak belanja di mall’ kemudian, kampanye Pilkada Jabar ‘Elit-elit di Jakarta maling semua’ dan Analogi kemiskinan dengan tampang Boyolali.
“Cukup jelas kebiasaan ini akan berulang dan berulang lagi, apakah Prabowo mampu mengerem kebiasaannya ini? Kita lihat dalam enam bulan ke depan,” ucapnya.
Dalam pernyataan maafnya, Prabowo menjelaskan, tidak ada niat sedikitpun untuk menghina warga Boyolali. Menurut dia, konteks bicaranya sebagai seorang keluarga dengan para pendukung yang hadir pada waktu itu.
“Cara saya kalau bicara falimilier, istilahnya mungkin bahasa sebagai seorang teman. Audiens pada waktu itu enggak terlalu besar paling hanya 400-500an orang, kader dari partai koalisi, peresmian kantor pemenangan,” jelas Prabowo.
Prabowo juga menjelaskan, saat itu dia bicara hampir satu jam. Tapi video yang beredar hanya dua menit. Konteks yang dibicarakan pada waktu itu terkait kondisi kesenjangan yang terjadi di Indonesia. Yang menurut dia, disparitas yang terjadi antara si kaya dan si miskin semakin lebar.
“Kalau saya tampang Bojong Koneng terima kasihlah. Ya tapi kalau saya, maksud saya tidak negatif, tapi kalau ada yang merasa tersinggung saya minta maaf, maksud saya tidak seperti itu,” jelas Prabowo.
Dia pun heran, maksudnya untuk melucu malah menjadi persoalan. Menurut dia, Pilpres 2019 akan membosankan apabila tak boleh ada candaan.
“Kalau kita enggak boleh melucu, seloroh, joking, enggak boleh bercanda, ya bosen tidurlah nanti semua capek, mereka kasihan, saya kira begitu maksud saya,” tutup Prabowo.
Hal senada dikatakan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja (TKN-KIK) Ace Hasan Syadzily. Ace menyebut permintaan maaf soal ungkapan ‘wajah Boyolali’ ini tak tulus.
“Pak Prabowo ini selalu salah melulu. Kemudian minta maaf lagi. Apakah Pak Prabowo akan terus menerus melakukan kesalahan?,” kata Ace saat dihubungi, Rabu, 7 November 2018.
Jika Prabowo tulus, kata Ace, permintaan maaf tak dilakukan melalui medium YouTube. Sebab, yang merasa tersakiti adalah masyarakat Boyolali.
“Permohonan maafnya ditunjukkan langsung kepada warga Boyolali karena mereka yang merasakan,” imbuh Ace.
Sementara itu, Wakil Sekretaris TKN-KIK Raja Juli Antoni juga merespons soal permintaan maaf Prabowo. Menurutnya, permintaan maaf adalah kesadaran. Terlebih, ingatan masyarakat masih segar mengenai permintaan maaf Prabowo di hoaks Ratna Sarumpaet.
“Kemarin baru saja minta maaf, grasa grusu menggoreng isu Ratna Sarumapet tapi ternyata beliau melakukan kesalahan lagi, minta maaf lagi,” sebut Antoni.
Menurutnya, Prabowo harus mempertimbangkan matang mengenai tutur katanya. Sehingga tak ada lagi drama-drama minta maaf berulang. “Jadi jauh lebih penting adalah menjaga lisan dan tutur kata yang tidak menyinggung rakyat,” tuturnya.
Sumber : http://stopfitnah.com/sebut-tampang-boyolali-dan-minta-maaf-politikus-nilai-gaya-bicara-prabowo-buruk/

No comments:

Powered by Blogger.