"Tidak hanya dalam sektor politik tapi juga sektor ekonomi, perdagangan, peningkatan produktivitas perikanan, seni budaya hingga IT (teknologi informasi)," kata Sahat di Jakarta, Jumat.

Hal ini selaras seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo, yakni cara-cara lama dalam mengelola-mengelola organisasi, lembaga, maupun pemerintahan harus ditanggalkan. Dengan kata lain semuanya harus berorientasi pada inovasi.


"Karakter-karakter ini sebenarnya merupakan karakter dari generasi milenial, maka pemerintahan ke depan membutuhkan sumber daya manusia dari generasi milenial," ujar Sahat.

Sahat memaparkan bahwa sejatinya Jokowi menaruh perhatian besar terhadap generasi milenial. Dalam paparan diskusi, kata Sahat,

Diketahui bahwa sekitar 20 persen tenaga ahli Kantor Staf Presiden merupakan generasi milenial, belum lagi yang bekerja sebagai aparatur sipil negara.

"Artinya selama ini sudah banyak generasi milenial yang membantu mengimplementasikan kebijakan pemerintah," jelasnya.

Berkaca dari hal tersebut, lanjut Sahat, sangatlah mungkin jika dalam kabinet ke depan, akan ada 20 persen menteri milenial yang memiliki karakter berani, energik, dinamis, cepat merespon perubahan dan eksekutor program.

"Ataupun bisa ditempatkan sebagai staf khusus, badan maupun lembaga lainnya," tambah Alumnus ITB tersebut.

Sementara itu, Pengamat Politik M. Qodari mengatakan kans milenial untuk mengisi kabinet cukup besar. Kata Qodari, figur-figur milenial yang ada sekarang cukup punya kapabilitas untuk menduduki jabatan menteri.

Dia lantas menambahkan bahwa secara umum ada tiga segmen ketika berbicara menteri kalangan milenial. "Yakni segmen pengusaha, segmen partai, serta yang ketiga dan tidak kalah penting yaitu dari segmen aktivis," tegas dia.

Qodari lantas mencontohkan sosok seperti Bahlil Ketum HIPMI, Twedy N. Ginting, Bendahara Umum DPP KNPI dan alumni Lemhanas. Kemudian Aminuddin Ma'ruf mantan Ketum PB PMII yang juga Sekjen Relawan Samawi.

Selain itu, Mamberob Rumakiek, peraih suara terbanyak DPD RI dari Papua Barat, mantan Ketum PP GMKI. Kemudian ada Arief Rosyid, mantan Ketum PB HMI dan Plt. Sekjend DMI, serta Angelo Wake Kako, anggota DPD terpilih dari dapil NTT yang juga mantan Ketum PMKRI.

"Mereka ini adalah pejuang kehidupan, aktivis yang merasakan bagaimana berjuang bersama rakyat. Dan pernah memimpin dan mengorganisir puluhan bahkan ratusan ribu anggota di seluruh Indonesia. Apalagi Pak Jokowi akan membangun Manajemen Talenta Indonesia," ujarnya.