Bela Negara Tangkal Penyebaran Paham Radikal Negatif
Jakarta – Ideologi
dan paham radikal menjadi ancaman bagi kedaulatan negara. Dalam konteks ini
darurat radikalisme mesti juga diperhatikan sebagai ancaman bagi kedaulatan
negara dan keamanan masyarakat.
Seluruh warga negara mempunyai kewajiban untuk melakukan
bela negara sesuai dengan profesi masing-masing dalam menangkal radikalisme. Dan
Bela Negara itu sendiri memiliki spektrum yang sangat luas di berbagai bidang
kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan budaya.
“Tetapi di era milenial sekarang ini yang namanya bela
negara itu ada di dalam kehidupan kita masing-masing, seperti bagaimana membangun
sebuah kehidupan di bidangnya masing-masing sesuai dengan profesi untuk
mewujudkan yang terbaik. Itu wujud bela negara yang paling simple dan paling
mudah,” ujar Letjen TNI (Purn) Agus Surya Bakti di Jakarta, Kamis (19/12)
Lebih lanjut, mantan Sesmeko Polhukam ini menjelaskan, bela
negara itu kalau secara total adalah sebuah kekuatan dari seluruh unsur masyarakat
Indonesia dalam membela bangsa ini. Namun bukan berarti harus maju berperang,
apalagi sekarang ini bukan zamannya perang.
“Perang sekarang adalah perang melawan kehidupan kita
masing-masing. Terbebas dari segala macam bentuk penyebaran paham kekerasan
yang sekarang lagi masif di lingkungan kita seperti radikalisme negatif yang
mengarah kepada terorisme. Jadi itulah wujud bela negara di era sekarang,”
ujar alumni Akmil tahun 1984 ini.
Terkait maraknya penyebaran paham radikal negatif yang
berujung pada aksi kekerasan, Agus mengajak masyarakat untuk melakukan bela negara
dalam melawan penyebaran paham tersebut. Radikal atau kekerasan itu adalah
sebuah paham yang dianut untuk memaksakan keinginannya.
Menurutnya, ada dua pemahaman tentang radikal itu, yakni
positif dan negatif. Dirinya
mencontohkan radikal positif seperti belajar harus
radikal agar bisa lulus. Demikian pula bekerja juga harus radikal agar bisa
menghasilkan sebuah hasil kerja yang baik. Selain itu guru harus membina anak
murid juga harus radikal agar melebihi kemampuan gurunya.
“Tetapi ada juga radikal yang negatif yaitu sebuah
paham atau keyakinan bahwa dengan kekerasan merupakan ajaran satu satunya yang
dapat menyelesaikan setiap masalah. Nah itu sudah muncul di semua kehidupan
kita. Kalau kita bicara dulu tentang terorisme itu diawali dengan sebuah
radikalisme negatif itu,” tutur mantan Pangdam XIV/Hasanuddin dan Pangdam
VII/Wirabuana ini
Letjen TNI (Purn) Agus Surya Bakti juga mengatakan, sekarang
ini radikalisme itu sudah masuk ke semua segmen kehidupan masyarakat yang ingin
memaksakan dengan sebuah kekerasan apa yang menjadi tujuannya, baik itu untuk
tujuan perorangan, kelompok dan sebagainya.
“Tentunya masyarakat punya peran penting untuk
mewujudkan bela negara dalam menangkal radikalisme. Bela negara di era sekarang
adalah kemampuan semua bangsa Indonesia dengan segala macam profesinya untuk
menjaga Indonesia agar aman dan sejahtera,” tegasnya.
Dikatakannya, kalau tokoh masyarakat atau tokoh agama tidak
punya kepedulian dan pemahaman bela negara terhadap situasi lingkungan sekitarnya
tentu akan susah. Karena hal tersebut menjadi sebuah pemahaman bersama bahwa
itu adalah tugas semua masyarakat Indonesia.
Menurutnya, kalau totalitas kemampuan masyarakat dalam
mewujudkan bela negara itu bisa berhasil dengan sebaik-baiknya pada bidang kehidupannya
masing-masing, maka akan tercipta sebuah lingkungan masyarakat yang paham dan
mampu menghadapi radikalisme negatif tadi.
“Sebenarnya orang yang mempunyai paham radikalisme
negatif itu hanya beberapa gelintir orang saja. Tetapi jika beberapa gelintir
itu bisa kita ajak untuk menjadi damai, saya kira kondisi itu akan menjadi
kondisi yang kondusif,” imbuhnya,
Sebagai mantan Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan
Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Agus telah mencanangkan
program dibentuknya Duta Damai di Dunia Maya. Menurutnya, Duta Damai di Dunia
Maya ini juga bisa dikatakan sebagai bela negara dari pengaruh penyebaran paham
radikal terorisme melalui dunia maya.
“Saya membuat dan mewujudkan sebuah program Duta Damai
di Dunia Maya karena pada saat itu dunia maya ini dipenuhi dengan ‘hutan belantara
hitam’ yang tidak jelas isinya. Konten seperti mau buat bom mau memusuhi orang
tua ada. Bagaimana cara membunuh pun juga ada. Dan itu tentunya sangat
berbahaya sekali kalau dibiarkan,” tandasnya.
No comments: