Breaking News

Jauhi Hoaks Dan Rawat Nalar Di Tengah Pandemi Covid-19


Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendeteksi 1.160 akun hoaks virus corona (SARS-CoV-2) atau Covid-19 di lima platform media sosial: Facebook, Instagram, Twitter, dan Youtube dari 23 Januari – 1 April 2020.

Facebook menjadi platform media sosial yang memiliki hoaks terbanyak, disusul oleh Twitter. Ada 804 akun hoaks di Facebook dan ada 340 akun hoaks di Twitter. Facebook telah memblokir 627 akun hoaks dan sedang menindaklanjuti 177 akun hoaks sisanya. Lebih lanjut Twitter telah memblokir 115 akun hoaks dan masih menindaklanjuti 225 akun hoaks. Di sisi lain, Instagram telah memblokir 4 akun hoaks dari 10 akun hoaks, sedangkan Youtube juga telah memblokir 4 akun hoaks dari 6 akun hoaks. Total akun hoaks yang berada di kelima media sosial adalah 1.160 akun hoaks, 750 akun hoaks sudah diblokir, sedangkan 410 akun hoaks lainnya sedang ditindakalanjuti.

Data tersebut menunjukkan betapa marak persebaran hoaks dan provokasi yang ada di media sosial di masa pandemi ini. Bahkan, ada juga seruan provokasi berbuat kerusuhan pada tanggal 18 April. Sebagai bangsa yang bermartabat dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila, perilaku penyebaran hoaks dan provokasi serta tindakan-tindakan lain yang mengarah pada perpecahan bangsa seharusnya dijauhi dan ditinggalkan. Mengingat, NKRI yang terdiri atas masyarakat multikultural amat mudah untuk disulut emosi dan dipecah-belah. Apalagi di masa kritis pandemi yang seharusnya saling menguatkan dengan saling memberi uluran tangan, justru saling menjatuhkan lainnya dengan menebar provokasi.

Indonesia sebagai negara multikultur dan tingkat literasi yang rendah tentu menjadi ladang empuk penyebaran hoaks dan provokasi yang dilakukan media daring. Lagipula, dengan penguasaan algoritma teknologi informasi, hoaks media sosial dapat membaca keinginan informasi yang diterima warganet dan seringnya kita sebagai manusia ‘juga’ akan memilih informasi yang ‘hanya’ kita inginkan. Di musim pandemi seperti ini, keyword tentang Corona tentu menjadi hal yang sangat dicari, sehingga banyak yang ingin memanfaatkan trending tersebut untuk memprovokasi massa.

Ayo Rawat Nalar Kita!

Di masa pandemi, dimana digalakkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau Social Distancing tentu banyak orang yang tetap di rumah. Hal ini karena kerumunan dan pekerjaan-pekerjaan yang tidak substantif banyak dialihkan melalui online. Di masa ini, tentu banyak waktu bagi kita untuk membaca buku-buku atau informasi yang tersaji di media digital secara selektif. Ini penting untuk penguatan literasi kita yang masih lemah dan berpotensi termakan hoaks.

Namun demikian, peningkatan kuantitas bacaan tidak akan cukup untuk merawat nalar dalam melawan hoaks. Karena, banyak dari kita masih terjebak dalam logika hoaks (mencari informasi yang kita inginkan saja). Oleh karenanya, lebih penting lagi dalam upaya merawat nalar di tengah pandemi bersikap ragu (skeptis) terhadap segala informasi berkaitan dengan Covid-19.

Membaca boleh, tetapi harus di dahului sikap waspada. Waspada adalah sikap yang membuat kita kembali, kepada fitrah, menjadi manusia, yang mengandalkan nalar dari argumen tak berdasar.

Dengan menerapkan prinsip skeptis terhadap segala macam informasi, kita akan terbiasa melakukan klarifikasi terhadap semua informasi yang kita terima. Sehingga tidak asal sebar karena kita telah menyaringnya terlebih dahulu. Namun demikian, langkah ini juga harus diimbangi oleh langkah pemerintah dengan memotong sumber hoaks dan provokasi dengan memblokir akun-akun penebar berita bohong tersebut.

Hanya saja, pemerintah jangan sampai salah tebang dengan mengamputasi akun-akun yang melakukan kritik terhadap negara tentang penanganan pandemi. Itu lumrah untuk perbaikan langkah dalam menangani pandemi Covid-19. Agar kita semua segera bisa keluar dari krisis pelik yang menyengsarakan berbagai lapisan masyarakat ini.

No comments:

Powered by Blogger.