Eijkman: Vaksin Merah Putih Masih Efektif untuk Mutasi Covid
Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman mengatakan Vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan Indonesia masih bisa digunakan untuk menghadapi varian baru Covid-19. Hal ini merespons kemunculan beberapa mutasi Covid-19 seperti B117 hingga E484K yang muncul di Tanah Air.
"Sama seperti vaksin-vaksin Covid-19 yang lain yang sudah beredar, vaksin ini (Merah Putih) dianggap masih efektif. Belum ada pertimbangan apapun untuk menyelesaikannya karena jumlah mutasi Covid-19 di Indonesia masih sedikit," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio saat dihubungi Republika, Rabu (21/4).
Amin menyontohkan, penelitian di negara lain, yaitu Amerika Selatan, menyebutkan bahwa varian baru B1351 yang terjadi di sana membuat penurunan efikasi vaksin sekitar 10 persen. Namun, angka itu masih di bawah 50 persen sehingga vaksin masih bisa digunakan.
Selain itu, dia mengatakan, mutasi virus bisa mempengaruhi efikasi vaksin jika jumlahnya mendominasi seluruh varian virus yang ada di Indonesia. Saat ini, ia mengatakan, jumlah mutasi masih sedikit meski beberapa mutasi virus sudah ditemukan sehingga mutasi virus di Tanah Air belum mempengaruhi efikasi vaksin Covid-19.
Artinya sekarang belum saatnya menyesuaikan vaksin Covid-19, baik yang ada maupun yang sudah dikembangkan. "Namun, jika varian baru Covid-19 yang ditemukan semakin banyak maka harus mempertimbangkan efikasi vaksin," katanya.
Selain itu, Eijkman juga mengatakan banyaknya varian baru karena main banyak pemeriksaan genome sequencing virus corona. "Dengan semakin banyaknya virus yang diperiksa dan pemeriksaan genome sequencing yang dilakukan maka kemungkinan semakin banyak mutasi Covid-19 yang ditemukan," ujar Amin.
Terkait perkembangan Vaksin Merah Putih, Amin mengatakan, sekarang sedang dalam proses pengalihan ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penghasil vaksin, yakni Bio Farma. Amin menjelaskan, proses ini sudah dilakukan sejak Januari kemarin dan masih terus berjalan himgga sekarang.
Sejak Januari lalu, dia melanjutkan, LBM Eijkman telah menempatkan para penelitinya di Bio Farma untuk memastikan prosesnya bisa berjalan. Sementara itu Bio Farma juga menyiapkan tahap yang lain seperti uji praklinik dan uji klinik vaksin ini.
Sejauh ini, Eijkman masih memegang lini masa (time line) pengembangan vaksin. LBM Eijkman berharap uji pra klinik pada hewan bisa dilakukan pada pertengahan tahun ini.
Lalu, uji klinik, yakni vaksin disuntikkan pada relawan masyarakat, ditargetkan bisa dimulai pada kuartal keempat tahun ini.
"Kemudian izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan diharapkan bisa diperoleh pada Juni 2022," katanya.
No comments: