Breaking News

Gerakan #2019GantiPresiden Bukan Perjuangan Prabowo

Ada udang dibalik batu begitu juga Maksud Terselubung Dibalik #2019GantiPresiden. Aksi Gerakan #2019GantiPresiden patut dicurigai sebagai modus kampanye terselubung.

Para aktivis gerakan itu memanfaatkan celah kekosongan aturan hukum untuk terus memprovokasi masyarakat, sehingga merugikan pasangan petahana Joko Widodo – Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.

“Saya khawatir hanya gara-gara memanfaatkan celah kekosongan aturan dari KPU dan Bawaslu, demi meraih kekuasaan, ketenangan dan kedamaian yang ada di masyarakat menjadi terkoyak,” ujar pengamat komunikasi politik Ari Junaedi seperti dikutip online nasional, Selasa (28/8).

Pembimbing disertasi S3 di Universitas Padjajaran ini menyebut aktivis gerakan #2019GantiPresiden memanfaatkan celah kekosongan aturan, karena sampai saat ini penyelenggara pemilu belum menetapkan pasangan calon presiden-cawapres yang akan bertarung di Pilpres 2019.

Fakta lainnya massa atau tokoh yang terlibat dalam #2019GantiPresiden tidak solid mendukung Prabowo karena memiliki niat terselubung yaitu memanfaatkan gerakan tersebut untuk bertarung dalam Pileg. Provokasi #2019GantiPresiden ternyata digunakan juga sebagai sarana bagi tokoh tertentu untuk meraup suara umat Islam di Pileg yang notabene partainya yaitu PBB tidak mendukung Prabowo.

Pengumuman pasangan capres yang memenuhi syarat baru akan dilaksanakan 20 September mendatang. Kemudian dilanjutkan pencabutan nomor urut pada 21 September. Setelah itu barulah dimulai masa kampanye.

Karena belum ada pasangan capres-cawapres, pihak-pihak yang terlibat dalam tim kampanye paslon, belum terikat aturan main kampanye.

Selain itu, mereka juga dilarang mengampanyekan pasangan yang diusung, di luar masa kampanye. Di sinilah kemudian gerakan #2019GantiPresiden mendapat tempat.

“Tapi mereka lupa, gerakan yang mereka lakukan berpotensi menjadi ancaman bagi disintegrasi bangsa,” ucapnya.

Pasalnya, kata pengajar di Universitas Indonesia ini kemudian, akibat gerakan yang mereka lakukan, muncul gerakan tandingan. Kedua kelompok berpotensi bergesekan di tengah masyarakat.

Ari mengingatkan, semua pihak harusnya menjadikan pelajaran berharga kerusuhan yang pernah terjadi di tanah air seperti di Maluku, Poso, Kalimantan dan daerah-daerah lain.

“Pengalaman itu hendaknya dijadikan pelajaran yang berharga, bahwa segregasi kemajemukkan SARA, rawan dimanfaatkan aktor-aktor politik yang keblinger,” katanya.

Ari juga berharap masing-masing pihak mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa berlandaskan Pancasila. Karena jika tidak, sejarah kelam bukan tak mungkin dapat kembali terulang hanya demi memuaskan hawa nafsu kekuasaan.

Jelas sekali gerakan #2019GantiPresiden sebagai ajang pengklaiman partai atau kelompok paling Islami. Untuk kepentingan politik, pelabelan Islam pun dilakukan tanpa menganggap partai lain sebagai partai Islam. Al Fikri sebagai kader dari PBB yang bertarung di Dapil 3 Sumut tidak mengakui PKS, PAN dan PKB sebagai partai yang berlandaskan ajaran Islam.

Inti gerakan #2019GantiPresiden hanya komoditas politik, bukan perjuangan untuk Prabowo sebagai Capres. Gerakan #2019GantiPresiden memiliki massa hanya karena 1 tujuan yaitu untuk memenangkan berbagai kontestasi politik walaupun dengan cara-cara tak bermoral.


Sumber

No comments:

Powered by Blogger.