Breaking News

Elektabilitas Jokowi Tinggi, Oposisi Lempar Isu Freeport

Elektabilitas Jokowi Tinggi, Oposisi Lempar Isu Freeport
Situsasi jelang Pilpres 2019 semua berita dijadikan bahan oleh oposisi untuk melakukan spin atau menggoreng isu sesuai pesanan dan framing kejelekan pemerintah.
Seperti berita yang disebut oleh situs portal-islam diframing sedemikian rupa untuk menyerang Pemerintah karena berhasil mengambil alih saham mayoritas Freeport.
Hal ini erat kaitannya dengan agenda politik di Pilpres 2019 untuk menjatuhkan elektabilitas Jokowi yang masih jauh unggul dibandingkan Prabowo.
Namun perlu dicermati adalah pernyataan Rendi Achmad Witular (Head of Corporate Communications) bahwa pendanaan divestasi saham Freeport menggunakan pinjaman dari bank asing karena jika dari bank lokal maka kemungkinan mempengaruhi fluktuasi Rupiah dan Pemerintah tidak menginginkan hal itu.
Pendanaan dengan bank asing juga sekaligus memberikan optimisme bahwa potensi bisnis yang terkait dengan tambang Grasberg sangat besar sebab tidak mungkin bank asing mau memberikan pinjaman jika tidak potensial. Selain itu, pengamat Ekonomi UGM (Fahmy Radhi) bahwa pinjaman dari 11 bank asing tidak akan mengurangi hak-hak Inalum dalam saham.
Head of Corporate Communications PT Inalum, Rendi Achmad Witular membeberkan alasan perseroan memilih bank asing sebagai pendanaan divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Hal itu dilakukan demi menghindari terjadinya fluktuasi Rupiah, yang bisa saja terjadi bila pendanaan dilakukan oleh perbankan nasional.
“Terkait pendanaan semua akan dibiayai oleh bank asing. Karena kalau pendanaan dari bank lokal, ada kemungkinan mempengaruhi fluktuasi Rupiah.
Dan kami tidak mau hal itu,” tuturnya dalam acara diskusi yang digelar di Ruang Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (23/7).
Rendi mengatakan, transaksi tersebut memang dilakukan di luar dan dalam bentuk Dolar AS (USD). Selain itu juga, pendapatan Inalum dan PTFI sendiri dalam bentuk Dolar.
“Jadi memang regulator menyarankan agar asal pendanaan dipilih bank asing agar tidak mengganggu nilai Rupiah.
Dan lebih dari itu, pendanaan dari bank asing ini sekaligus untuk memberikan optimisme bahwa potensi bisnis yang terkait dengan tambang Grasberg sangat besar. Sehingga tidak mungkin bank asing mau masuk kalau tidak potensial,” kata Rendi.
Terkait pemberian dana pinjaman, yang menjadi jaminan tersebut adalah potensi bisnis tambang Freeport sendiri.
Sedangkan terkait besaran dana pendanaan yang dikucurkan investasi dari Inalum dan holding, dia menolak untuk merincikan. “ini sangat teknis dan masih dalam proses,” tuturnya
Pengamat Ekonomi UGM, Fahmy Radhi menepis kekhawatiran adanya pengurangan hak saham bilamana pendanaan dilakukan seluruhnya oleh bank asing.
“Kalau semua pemberi pinjaman dari bank asing, itu tidak mengurangi hak-hak Inalum dalam saham.
Jangan ada khawatir, lantaran itu asing akan menguasai saham. Kecuali, kalau memang saham diambil asing,” tuturnya.
Sebelumnya, dirinya menegaskan divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI) senilai USD 3,85 miliar tidak dibiayai oleh Bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pembiayaan atau utang untuk membeli saham Freeport berasal dari bank asing.
“Namun dirinya belum bisa merincikan bank asing apa saja yang akan memberi pinjaman kepada Inalum. “Iya semuanya bank asing. Kami belum bisa ungkapkan (bank asing itu),” kata Rendi.
Sumber : https://bidikdata.com/elektabilitas-jokowi-tinggi-oposisi-lempar-isu-freeport.html

No comments:

Powered by Blogger.