Breaking News

Poros PDIP-Gerindra Bakal Terganjal Oleh NasDem


Ketegangan politik pasca pilpres makin terasa diantara para pemimpin partai politik. Oposisi dan Koalisi Pemerintah atau oposisi rasa koalisi.
Sinyal pecah kongsi pun semakin terlihat manakala NasDem melakukan manuver poliktiknya yang seolah memiliki bergaining position dalam pemerintahan.
Perang urat syaraf antara politisi Nasdem versus PDIP-Gerindra beberapa waktu lalu dimulai dengan manuver Nasdem yang melakukan pertemuan tertutup dengan Gubernur Anies Baswedan, secara jelas pada pilkada 2017 dicalonkan Gerindra-PKS.
Begitu juga kader PDIP Walikota Surabaya Risma didorong untuk maju Pilkada DKI Jakarta tahun 2022. Bahkan Nasdem mempelopori pertemuan antara parpol (PKB, PPP, Golkar) pendukung Jokowi-Ma’ruf minus tanpa PDIP.
Pengamat Politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Andriadi Achmad menilai Nasdem adalah ganjalan utama terbentuknya poros PDIP-Gerindra. Pasalnya setelah kedekatan PDIP-Gerindra, terlihat rentan terjadi perang urat syaraf antara politisi Nasdem versus PDIP-Gerindra.
“Sebenarnya ada apa dengan Nasdem, setelah kedekatan PDIP-Gerindra. Sepertinya Nasdem cemburu buta atas peristiwa tersebut. Seolah tidak rela dimadu oleh PDIP. Terlihat perang argumen antara politisi Nasdem versus PDIP-Gerindra. Kemudian manuver politik seperti pertemuan dengan Anies Baswedan dan mengumpulkan parpol pendukung Jokowi-Ma’ruf tanpa kehadiran PDIP dan lain-lain,” Ujar Andriadi Achmad.
Menurutnya, manuver politik yang dipertontonkan Nasdem sebenarnya ingin menunjukkan bahwa Nasdem punya bergaining position di hadapan koalisi yang dipimpin PDIP. Dalam artian, keberadaan Nasdem tidak bergantung terhadap PDIP baik di hadapan pemerintah Jokowi-Ma’ruf maupun di parlemen.
Bahkan sinyalemen kuat, jika terjadinya rekonsiliasi atau koalisi Gerindra ke PDIP. Maka tidak menutup kemungkinan Nasdem akan mempelopori terbentuknya poros oposisi baru dengan mengajak Golkar, PPP dan PKB.
“Jika betul terbentuk koalisi PDIP-Gerindra baik di Pemerintah maupun parlemen. Nasdem bisa saja mempelopori terbentuknya poros opisisi dengan mengajak Golkar, PPP, dan PKB. Kalo melihat kecenderungannya, Golkar, PPP, dan PKB sulit untuk menerima tawaran tersebut. Nasdem cenderung akan sendiri mengambil jalan oposisi,” jelas Alumni Pasca Sarjana Ilmu Politik UI ini.
Jika terbentuknya koalisi antara PDIP-Gerindra, kemudian Nasdem mengambil jalan oposisi. Maka besar kemungkinan sekutu setia Gerindra yaitu PKS akan mengikuti jejak sang kakak tertua masuk dalam koalisi di pemerintahan ataupun parlemen. Nasdem akan berada sendiri kesepian di jalan oposisi.
“Saya berpandangan, jika koalisi antara PDIP-Gerindra betul-betul akan terbentuk. Maka sang adik setia “PKS” akan mengikuti jejak sang kakak “Gerindra” masuk dalam koalisi. Tidak menutup kemungkinan dan sangat menarik nanti jika Nasdem mengambil peran sebagai Oposisi,” Ungkapnya.
Sebuah adagium “Tidak ada matahari kembar” sebenarnya terlihat dalam koalisi pendukung Jokowi-JK di pilpres 2014 dan Jokowi-Ma’ruf Amin di pilpres 2019. Megawati dan Surya Paloh adalah matahari tersebut, terlihat saling bersaing dalam memperbutkan posisi the king maker dalam koalisi. Kegerahan inilah yang menimbulkan ketidaknyamanan Megawati-PDIP atas Surya Paloh-Nasdem. Oleh karena itu, pasca pilpres 2019 menjadi puncak ketegangan antara Megawati-Surya Paloh dan terlihat berujung pecah kongsi.

No comments:

Powered by Blogger.