Breaking News

Pengamat Sebut Reuni 212 Gerakan Politik Populisme Kanan


Kelompok 212 awalnya muncul pada akhir tahun 2016 lalu. Tujuan awalnya adalah melawan Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap menistakan agama. Salah satu pentolan kelompok ini adalah Rizieq Shihab, yang kini ada di Arab Saudi dan tak pulang-pulang.
Sejak awal, kelompok ini memang identik sebagai oposisi pemerintah. Reuni 212 tahun lalu bahkan jadi panggung kampanye bagi Prabowo-Sandi.
Berbagai aksi dan narasi-narasi kebencian yang dilontarkan kelompok ini tak juga bisa mengantarkan kemenangan untuk Prabowo-Sandi. Alih-alih tetap jadi oposisi, Prabowo justru menerima pinangan Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.
Inilah alasan utama mengapa reuni 212 sudah tak relevan, karena mereka sudah kehilangan konteks sekaligus panggung dalam politik praktis.
Atas semua upaya-upaya yang semakin tak relevan dan klaim bombastis ini, menurut Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Raja Muda Bataona mengatakan, bahwa Reuni 212 sebagai sebuah gerakan politik populisme kanan.
“Jika dikaji secara empirik, sebenarnya gerakan Reuni 212 itu sebuah gerakan politik, dan lebih spesifik lagi adalah sebuah gerakan politik populisme kanan,” kata Mikhael, di Kupang, Senin (2/12/2019).
Akan tetapi kata dia, gerakan ini akan merisaukan ketika tujuan dan motif kegiatan tersebut dibelokkan untuk hal-hal destruktif bagi negara dan pemerintahan yang sah.
“Mungkin yang bisa dibaca adalah dari narasi-narasi yang disampaikan para tokoh yang memang sangat eksplisit menjelaskan arah gerakan ini yaitu sebagai oposisi pemerintah,” katanya.
Hal lainnya yang juga bisa dibaca dari Reuni 212, ia menambahkan apakah tema gerakan ini masih relevan dengan situasi saat ini?. Itulah yang mungkin dipersoalkan oleh masyarakat.
Sebab kasus awal sampai lahirnya gerakan ini sudah diselesaikan secara hukum. Dan pelakunya sudah divonis oleh pengadilan dan menjalankan hukuman sampai selesai.
Karena itu, urgensi kegiatan lanjutnya memberi tanda tanya kepada masyarakat yang paham soal politik nasional.
Lebih dari itu, reuni 212 adalah gerakan politik, dan bukan gerakan moral keagamaan seperti yang sering disampaikan para tokoh 212.
Kegiatan atau reuni 212 yang dilaksanakan di Monas, 2 Desember 2019 kemarin itu sudah tidak lagi murni sebagai kegiatan agama, melainkan sudah menjadi suatu gerakan politik.
Sehingga masyarakat lebih baik melakukan kegiatan agama yang benar-benar murni tanpa ada maksud dan tujuan apa pun di baliknya, daripada melakukan Reuni 212 untuk tahun-tahun berikutnya.






No comments:

Powered by Blogger.