Breaking News

Kebijakan New Normal Jokowi Didasari Data Keilmuan-Protokol Kesehatan


Presiden Jokowi saat meninjau persiapan new normal di Masjid Istiqlal Jakarta (Foto: Rusman-Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jakarta - Indonesia tengah menuju era kenormalan baru atau new normal. Pemerintah menyatakan kebijakan ini bukan asal-asalan, ada faktor keilmuannya.

Dengan akan mulainya era new normal di Indonesia, sejumlah kegiatan yang sebelumnya dihentikan atau dibatasi bakal dibuka kembali dengan sejumlah aturan. Aktivitas itu termasuk kegiatan perekonomian hingga tempat ibadah.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pembukaan tempat ibadah hingga aktivitas ekonomi yang dimaksud dilakukan melalui tahapan yang ketat. Dia memastikan pembukaan itu menggunakan data-data keilmuan.

"Kita tahu penyebaran COVID sampai saat ini di Tanah Air memang belum semua provinsi di wilayah bisa dikendalikan. Oleh sebab itu, pembukaan baik itu pembukaan untuk tempat ibadah, pembukaan aktivitas ekonomi, pembukaan sekolah, semua melalui tahapan-tahapan yang ketat dengan melihat angka-angka kurva dari R0 maupun Rt-nya. Semuanya memakai data-data keilmuan yang ketat," ujar Jokowi seusai meninjau Masjid Istiqlal, yang disiarkan di saluran YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (2/6/2020).

Jokowi pun meminta protokol kesehatan yang ketat untuk terus diterapkan, sehingga tatanan normal baru akan dapat diterapkan ke semua sektor dan wilayah.

"Sehingga kita harapkan akan berjalan dari tahapan ke tahapan, dari sektor ke sektor, dari provinsi ke provinsi, sesuai dengan angka-angka yang disampaikan," tuturnya.

Sebagai catatan, sudah ada lebih dari 100 daerah yang diizinkan menerapkan new normal. Pemerintah mengimbau agar masyarakat tidak mengekspresikan new normal sebagai bentuk kebebasan.

"Beberapa saat yang akan datang tentunya banyak daerah yang secara bertahap akan memulai mengimplementasikan kebiasaan baru ini sejalan dengan mulai dijalankan kembali aktivitas aktivitas produktif dalam rangka untuk mempertahankan kinerja keseluruhan kita," kata Juru Bicara Pemerintah terkait Penanganan COVID-19,Achmad Yurianto Selasa (2/6).

"Ini bukan sebuah euforia yang kemudian diekspresikan dengan merasa bebas, bebas untuk melakukan apapun, bebas untuk bertindak apapun, bebas untuk siapapun, dengan mengabaikan protokol kesehatan, dengan mengabaikan kebiasaan baru yang harus dituntut," lanjutnya.

Saat berjalan new normal nanti, Yuri berharap keluarga saling melindungi anggota keluarganya. Dibukanya pusat perbelanjaan menurutnya, bukan berarti bisa mengajak siapapun.

"Oleh karena itu kami minta para keluarga betul -betul melindungi seluruh anggota keluarga, apabila kemudian ada beberapa pusat perbelanjaan yang sudah dibuka bukan berarti kemudian kita memiliki kebebasan dengan membawa orang tua kita," ujarnya.

"Membawa orang orang yang memiliki komorbid, hipertensi, sakit ginjal, kencing manis untuk kemudian berbondong bondong datang ke pusat perbelanjaan, atau membawa anak anak kita , resiko ini akan menjadi besar,"sambung Yuri.(gbr/azr)

No comments:

Powered by Blogger.