Menolak Provokasi KAMI di masa Pandemi Covid-19
Oleh : Putu Prawira )*
Beberapa tokoh oposisi membentuk Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) beberapa waktu silam. Publik pun menolak menanggapi dingin acara tersebut karena tegas menolak provokasi politik di masa pandemi Covid-19
Sejumlah orang di Indonesia sepakat untuk mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Mereka antara lain Rocky Gerung, MS Kaban, Said Didu, Refly Harun, Din Syamsudin, Rohmat Wahab, Ahmad Yani, Adhie M Massardi.
Din Syamsudin selaku Dewan Pertimbangan MUI mengatakan bahwa kapal besar bernama Indonesia sedang karam. Sehingga perlu gerakan dari kelompok tertentu untuk bisa bangkit kembali. Ia juga mengatakan bahwa ekonomi Indonesia tengah terpuruk.
Meski demikian, kita harus melihat dengan kacamata global, bahwa dalam pandemi covid-19 ini berdampak bagi seluruh negara di dunia, bahkan Amerika-pun merasakan dampaknya hingga angka pengangguran meningkat disana.
Helmi Arman selaku Chief Economist Citibank Indonesia memperkirakan, perekonomian Indonesia pada Kuartal III 2020 terus membaik dan menuju normalisasi pracovid-19. Hal ini menyusul 70 persen aktifitas perekonomian yang akan kembali normal seperti sebelum pandemi covid-19.
Ia mengatakan, sejauh ini di kuartal ketiga, tren pemulihan dan aktifitas perekonomian di Indonesia terus menuju normalisasi. Sehingga perekonomiannya terus membaik.
Helmi menjelaskan normalisasi aktifitas perekonomian nasional pada kuartal ketiga tahun ini dimotori oleh konsumsi rumah tangga yang bersifat barang-barang bernilai kecil (small ticket items). Berupa belanja kebutuhan sehari-hari serta belanja jasa telekomunikasi.
Pemulihan belanja yang bersifat barang-barang bernilai kecil ini seiring dengan dikucurkannya bantuan sosial (bansos) pemerintah kepada sektor rumah tangga, utamanya sektor rumah tangga menengah kebawah. Juga didorong oleh normalisasi aktifitas sehari-hari pasca dibukanya kembali aktifitas perekonomian sejak pertengahan Juni 2020.
Di sisi lain, Indonesia justru menjadi salah satu negara yang cukup beruntung di tengah pandemi ini. Pemulihan ekonominya bisa cepat dilakukan mengingat ketergantungan ekonomi Indonesia pada kegiatan wisata dan perjalanan internasional relatif rendah.
Sementara itu, Helmi memperkirakan bahwa aktifitas perekonomian nasional pada kuartal IV-2020 akan naik lagi menjadi sekitar 90 persen normal.
Jika melihat pada data ini tentu saja apa yang digembar-gemborkan oleh KAMI masih perlu dipertanyakan. Sedangkan Indonesia tidak berada dalam kondisi seperti kapal karam.
Deklarasi yang dilakukan oleh KAMI tentu sah-sah saja, namun mereka salah momen, dimana saat pandemi seperti ini yang dibutuhkan adalah solusi, bukan deklarasi yang masih bersifat wacana.
Donny Gahral Adian selaku Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) menganggap bahwa koalisi tersebut merupakan oposisi swasta. Akan tetapi, Donny menegaskan bahwa yang dibutuhkan sekarang bukanlah deklarasi tapi solusi.
Pemerintah Indonesia saat ini tengah disibukkan dengan dampak pandemi yang membuat negara dan masyarakat mengalami kerugian di berbagai bidang kehidupan terutama bidang ekonomi. Seperti produsen yang kehilangan konsumen, pengusaha toko oleh-oleh yang mengalami penurunan omzet secara besar-besaran hingga pekerja yang mengalami PHK.
Masalah menjadi problem utama yang harus diselesaikan atau dicari solusinya oleh pemerintah maupun seluruh masyarakat dari semua golongan; mulai dari akademisi, tokoh agama maupun awam.
Tak bisa dipungkiri bahwasanya dalam situasi krisis seperti ini, pemerintah harus mengambil inisiatif untuk mengambil kebijakan tertentu demi menyelamatkan bangsa dari berbagai ancaman termasuk resesi.
Tetapi, mungkinkah KAMI akan menjadi sosok pahlawan yang mampu menyelamatkan Indonesia dari semua masalah yang ada, atau justru keberadaan mereka hanya akan menambah hiruk pikuk kebisingan politis di Indonesia.
Tentu benar apa yang dikatakan oleh Donny bahwa KAMI merupakan koalisi swasta, apalagi mereka yang ada didalamnya adalah orang-orang berpengaruh dan cukup dikenal oleh publik yang merasa sakit hati dalam pilpres tahun 2019 lalu.
Muhammad Kapitra selaku ahli hukum menilau bahwa pembentukan KAMI sarat akan kepentingan politis. Tuntutan dan juga aksi yang dilakukannya juga dianggap tidak jelas. Pasalnya, saat ini Indonesia secara pemerintahan cukup baik. Bahkan dirinya melihat ada upaya recovery ekonomi yang sempat ambruk akibat pandemi virus corona lebih baik dibanding negara lain.
KAMI merupakan koalisi dimana para oposisi berkumpul, tentu saja deklarasi yang dilakukan oleh Rocky Gerung Cs ini harus diantisipasi, apa benar koalisi ini akan menjadi pahlawan yang menyelamatkan bangsa, ataukah hanya menambah daftar kericuhan saja?
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
No comments: