Breaking News

Waspada! Marak Hoaks Seputar Vaksin Booster, Ini Faktanya

 Jakarta: Pemerintah Indonesia resmi memberikan vaksin dosis lanjutan atau vaksin booster mulai Rabu, 12 Januari 2022. Beragam informasi terkait vaksin booster pun merebak di media sosial.

 


Sayangnya, tak semua informasi tersebut adalah informasi yang benar. Beberapa di antaranya justru merupakan berita hoaks yang menyesatkan.

 

Dilansir segmen Fact Check Metro Siang di Metro TV, Minggu, 16 Januari 2022, setidaknya terdapat tiga berita hoaks yang sempat menggegerkan dan meresahkan masyarakat. Berikut adalah rangkuman informasinya:


1. Vaksin booster berbayar

Sebuah unggahan di media sosial Facebook menarasikan bahwa vaksin booster tidak diberikan secara gratis alias berbayar. Kebijakan tersebut juga berlaku bagi masyarakat yang tidak memiliki kartu BPJS Kesehatan.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


HappyInspireConfuseSad

Faktanya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengklarifikasi bahwa kabar tersebut adalah informasi yang salah atau disinformasi. Kemenkes menyebut, pelaksanaan program vaksin booster diberikan secara gratis untuk seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

 

“Saya memutuskan pemberian vaksinasi dosis ketiga ini gratis bagia seluruh masyarakat Indonesia karena keselamatan rakyat adalah hal yang utama,” tegas Jokowi di Istana Merdeka, Rabu, 11 Januari 2022.


2. Vaksin booster diberikan setiap 6 bulan sekali

Masih dari media sosial Facebook, terdapat sebuah unggahan yang menarasikan bahwa vaksinasi dosis ketiga akan diberikan setiap enam bulan sekali. Usut punya usut, hal ini disebabkan menurunnya antibodi usai disuntikkan vaksin covid-19 primer.

 

Informasi ini dibantah oleh epidemiolog sekaligus juru bicara (jubir) Satuan Tugas (Satgas) Covid-19, Tonang Dwi Ardyanto. Ia menyatakan antibodi yang menurun bukan satu-satunya indikator pemberian vaksin booster.

 

Antibodi memang akan menurun jika sudah enam bulan menerima vaksin dosis kedua. Namun, hal tersebut tidak serta-merta menjadi dasar pemberian vaksin setiap enam bulan sekali. Antibodi dinilai masih mampu memproteksi tubuh dari virus corona meskipun kekebalannya menurun.

 

Di tengah upaya mengatasi pademi, lanjut Tonang, hal terpenting adalah memperluas cakupan vaksinasi.


3. Vaksin Pfizer berpotensi menimbulkan Infeksi Hati

Beredar pesan berantai di aplikasi WhatsApp yang menarasikan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menolak vaksin booster dengan menggunakan suntikan Pfizer. Pasalnya, jenis vaksin tersebut disinyalkan dapat mengakibatkan infeksi berat pada hati yang berujung pada kematian.

 

Faktanya, FDA justru telah memberi izin vaksin booster Pfizer sejak November 2021. Lembaga ini juga menegaskan bahwa vaksin tersebut dapat memberikan perlindungan berkelanjutan bagi penerimanya.

 

Data yang dimiliki FDA, sebagaimana yang dikemukakan oleh Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA, Peter Marks, semakin memperkuat bukti kelayakan dosis booster.

 

Ia menuturkan, data tersebut nyatanya mendukung perluasan dosis penguat tunggal vaksin Moderna dan Pfzier-BioNTech untuk individu berusia 18 tahun ke atas.

No comments:

Powered by Blogger.