Breaking News

Waspadai Virus Intoleransi dan Radikalisme Bisa Timbulkan Perpecahan

 


Virus intoleransi dan radikalisme menjadi halangan terbesar untuk mewujudkan Indonesia yang harmoni dalam keberagaman.

Jangan sampai bangsa ini disibukkan oleh timbulnya perpecahan dan permusuhan. "Bangsa sehat yang penuh toleransi, selalu damai, menghargai perbedaan. Virus radikalisme dan intoleransi dapat menghambat kemajuan bangsa ke depannya," ujar Peneliti dan Kader Intelektual Muhammadiyah, Muhammad Abdullah Darraz dalam keterangannya, Jumat (19/8).

Menurutnya, jika ingin pulih dari sikap radikalisme dan intoleransi ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama keterbukaan. Kedua sikap kritis. "Itu dibutuhkan dan wajib ditanamkan," tegas mantan Direktur Eksekutif Maarif Institute ini.

Darraz menjelaskan, proses radikalisasi sering kali masuk akibat keterbukaan yang tidak diiringi sikap kritis. Hal ini mengingat startegi infiltrasi kelompok radikal yang semakin halus dan canggih.

"Tentunya ini harus dibarengi dengan banyak literasi dan diskusi agar wawasan terbuka. Jadi ketika dihadapkan kepada oknum yang melakukan manipulasi (agama dan ideologi), maka kita bisa kita cegah dengan pengetahuan dan sikap kritis," jelasnya.

Dia mengajak semua pihak untuk mampu merefleksikan diri melalui pesan kemerdekaan untuk bersatu dan bertekad melawan berbagai tantangan. Menurutnya, pemerintah harus serius menggalang kerjasama dengan masyarakat sipil, tokoh dan ormas moderat.

"Jadi penguatan di masyarakat sipil harus benar dilakukan, yaitu bagaimana Pancasila bisa dibumikan dan berdampak positif," tuturnya.

Mengutip penelitian BNPT terkait indeks risiko terorisme, sejak 2010 terus mengalami penurunan hingga 12% dari seluruh penduduk Indonesia. Menurutnya, upaya kedua yang bisa dilakukan adalah kelompok toleran harus lebih aktif bernarasi dan masuk ke kelompok radikal, terutama kepada kelompok anak muda.

"Kelompok toleran harus lebih aktif bersuara dan masuk ke kelompok yang 12% itu, saya kira ini lebih efektif," tandasnya.

No comments:

Powered by Blogger.