Breaking News

Kopi Indonesia Berpeluang Besar Menguasai Pasar Eropa


Ketua DPW Asosiasi Petani Kopi Indonesia Jawa Timur (Apeki Jatim), Misbachul Khoiri Ali mengungkapkan,  pangsa pasar ekspor kopi dari Jawa Timur masih terbuka dan sangat potensial.
Kopi lokal pun berhasil bersaing di pasar ekspor.
Selama ini Provinsi Jawa Timur (Jatim) dikenal sebagai salah satu produsen kopi terkemuka di Tanah Air. Kopi yang dihasilkan petani Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan sejumlah petani di Jatim lainnya hingga saat ini sudah merambah pasar ekspor di Eropa, Belanda dan India.
Untuk jenis arabika banyak diekspor ke Eropa. Sampai saat ini permintaanya pun juga banyak. Tapi, Misbachul menyebut ekspor kopi arabika ke Eropa saat ini hanya sekitar 20 persen dari pangsa pasar. Alasannya masih kekurangan bahan baku.
Misbachul mengatakan, memang sampai saat ini petani Jatim belum ekspor langsung ke buyer. Artinya, kopi dari petani Jatim yang diekspor masih melalui sejumlah perusahaan eksportir di Jatim.
“Sehingga, kami (petani) hanya suplai bahan baku berupa kopi bean ke sejumlah eksportir,” ujarnya.
Menurut Misbachul, kopi robusta yang disuplai ke sejumlah eksportir di Jatim rata-rata sebanyak 500 ton per musim. Sedangkan, kopi arabika yang disuplai ke sejumlah eksportir di Jatim sekitar 100 ton-200 ton per musim. “Untuk robusta biasanya diekspor ke Belanda dan dan India. Sedangkan kopi arabika diekspor ke beberapa negara Eropa,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, untuk suplai kopi arabika ke sejumlah eksportir pada tahun ini bahan bakunya sudah habis. Namun, kalau suplai jenis kopi robusta di Jatim masih banyak. “Sebab, kopi robusta di Jatim masih panen hingga September-November 2019,” ujarnya.
Meski peluang ekspor kopi kian terbuka, menurut Misbachul, Indonesia punya dua pesaing berat, yakni Brazil dan Vietnam.
“Kebetulan kondisi iklim di dua negara tersebut sedang bagus-bagusnya. Sehingga produksi kopi dari dua negara itu cukup besar sehingga berdampak terhadap anjloknya harga kopi dunia,” jelas Misbachul.
Dari data DPW Apeki Jatim menyebutkan, harga kopi arabika saat ini antara Rp 50 ribu-Rp 60 ribu per kg. Padahal beberapa waktu sebelumnya harga kopi arabika sempat naik di kisaran Rp 65 ribu per kg. Sedangkan harga kopi robusta saat ini Rp 20 ribu-Rp 21 ribu per kg, dari sebelumnya Rp 23 ribu-Rp 25 ribu per kg.
Dia juga mengungkapkan, selama ini kopi yang disuplai ke eksportir berupa kopi bean. Kopi yang disuplai ke sejumlah eksportir tergantung musim panen. Untuk kopi arabika biasanya disuplai ke eksportir pada April-Juli. Sedangkan kopi robusta pada Juni-Oktober. Artinya, suplainya tergantung pada musim panennya. Menurutnya, potensi ekspor kopi dari Jatim sangat besar.
“Sayangnya produktivitas kopi yang ditanam petani sangat rendah. Beda dengan Vietnam, kopi yang dibudidaya petani Vietnam produktivitasnya bisa mencapai 2-3 ton per ha. Kalau di Indonesia, produktivitasnya masih di bawah 1 ton/ha,” kata dia.
Lantaran harga kopi saat ini jatuh, petani kopi di Jatim mulai bergerak ke hilir. Artinya, petani kopi tak hanya menjual kopi cherry atau kopi bean saja ke eksportir.
“Petani mulai melirik peluang pasar menengah ke bawah yang potensinya juga besar. Dengan begitu, petani bisa langsung menjual produknya ke user. Bahkan, tak jarang yang membuka warung kopi, kedai atau kafe sendiri dan hal ini jauh lebih efektif untuk mendapatkan margin keuntungan,” jelas dia.

No comments:

Powered by Blogger.